Dialektik News-Seorang warga bernama Deden telah mengembangkan usaha pengolahan arang dari batok kelapa di Desa Meyambanga Timur. Usahanya kini dilirik sebagai salah satu potensi unggulan desa, terutama dalam penguatan Koperasi Merah Putih yang tengah digagas.
Berbekal pengalaman, Deden sebelumnya hanya menggunakan teknik pembakaran sederhana menggunakan bak, namun kualitas arangnya tidak memenuhi standar. Kini ia menggunakan drum bekas dan metode mati hampa, sehingga menghasilkan arang dengan abu putih dan tidak berasap saat dibakar.
“Saya dulu bakar pakai bak, tapi hasilnya kurang bagus. Sekarang pakai drum, dibantu siram air dan ditutup pasir agar kedap udara. Kualitasnya jauh lebih baik,” ujar Deden dalam wawancara bersama tim Dialektiknews.
Dalam satu kali pembakaran, Deden mampu menghasilkan hingga 50 kilogram arang, dengan harga jual Rp11.500 per kilogram. Untuk menghasilkan 1 kilogram arang, dibutuhkan sekitar 3 kilogram batok kelapa. Namun, jika bahan baku kurang baik hasilnya bisa jauh menurun.
Dari setiap 1 ton arang yang terjual, usaha ini mampu mencetak keuntungan kotor antara Rp1 juta hingga Rp2 juta, tergantung kualitas dan efisiensi proses.
Sebagai bentuk dukungan, Deden telah menerima bantuan dana dari program UMKM yang digunakan untuk pengembangan peralatan produksi dan penguatan operasional.
Sangadi Meyambanga Timur, Umar Langanawa, menyampaikan apresiasi atas semangat warga seperti Deden dan menyatakan bahwa UMKM arang batok kelapa berpotensi besar untuk menjadi bagian dari penguatan Koperasi Merah Putih yang tengah dibangun di desa.
“Tentu saya sangat mengapresiasi kedua jenis usaha ini. Keduanya memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan Desa Meyambanga Timur. Koperasi berperan besar dalam mendukung pertumbuhan dan pengembangan UMKM, terutama dengan menyediakan akses terhadap permodalan dan pemasaran,” kata Umar.
Ia juga menambahkan bahwa UMKM dan koperasi adalah dua pilar utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi desa.
“Bagi para pelaku UMKM, keberadaan koperasi sangat bermanfaat karena dapat membantu mereka mengakses berbagai program yang diselenggarakan. Meskipun berbeda, kedua usaha ini mampu saling mendukung dan memperkuat satu sama lain demi pembangunan ekonomi desa yang berkelanjutan,” lanjutnya.
Hingga saat ini, Deden belum pernah menerima pelatihan teknis formal soal produksi arang batok, hanya sebatas sosialisasi awal.
Namun, Deden menyatakan kesiapannya untuk menggunakan keuntungan dari usaha arang batoknya demi kepentingan bersama masyarakat desa.
“Kalau ini berhasil, saya siap berbagi hasil untuk kepentingan desa. Kita bisa buka lapangan kerja, dan ekonomi di Meyambanga Timur akan berputar dari potensi sendiri,” tutup Deden.